UMM dan Pengemis Jalanan  

Diposting oleh Ivan Istyawan



Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang berdiri pada tahun 1964 merupakan salah satu universitas yang tumbuh cepat, sehingga oleh PP Muhammadiyah diberi amanat sebagai perguruan tinggi pembina untuk seluruh PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) wilayah Indonesia Timur. Program-program yang didisain dengan cermat menjadikan UMM sebagai "The Real University", yaitu universitas yang benar-benar universitas dalam artian sebagai institusi pendidikan tinggi yang selalu komit dalam mengembangkan Tri Darma Perguruan Tinggi.
Sebagai salah satu kampus swasta tentunya UMM memiliki daya tarik tersendiri, hingga tak heran jika kita akan menjumpai ragam budaya dan latar belakang mahasiswa dan dosen yang ada di UMM. Terbukti, tidak kurang dari 23.700 mahasiswa dari seluruh penjuru tanah air, mulai dari NAD hingga Papua. Jumlah tersebut termasuk mahasiswa luar negeri, yaitu dari Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Australia dan Timor Leste. Mereka mempunyai latar belakang umur, budaya, suku ras, agama, kondisi sosial dan asal SLTA yang berada. Sehingga, menampak gerbang UMM ibarat masuk ke dalam "Dunia Mini" tempat berinteraksi antar individu dan komunitas yang beragam latar belakangnya.
Lebih jauh lagi, ternyata daya magis UMM telah menyedot para pengemis dan gelandang demi menengadahkan tangan untuk sesuap nasi. Mereka berada disekitar kampus, akan mudah menjumpai mereka digerbang masuk UMM yang megah, naupun di gerbang belakang Nkampus yang tak kalah megah. Namun sayang seribu sayang, sebagai Kampus yang didirikan untuk membela Kaum mustad'afin UMM masih belum mampu merancang konsep belajar dan pembelajaran Humanistik Partisipatoris. Terbukti UMM dengan segala kemegahannya tak mampu memberikan solusi untuk mengurangi Jumlah mustad'afin disekitar kampus yang Kian Meningkat Tiap Waktu. Budaya Hedon telah jauh mengakar pada segenap sanubari mahasiswa dan para stafnya. Pendidikan di UMM memang telah mengantarkan UMM menempati urutan 13 untuk perguruan tinggi yang memiliki intensitas kerja sama luar negeri dan jumlah serta dinamika mahasiswa asing di kampus, mendapat penghargaan sebagai perguruan tinggi terproduktif dalam aktivitas penelitian untuk 5 tahun terakhir (Sumber : Surya On Line)

Namun dengan sistem pendidikan yang sangat mekanistis dan robotik mampukah UMM mencetak lulusan yang dinamis dan humanis. Inilah sesungguhnya yang harus dituju sekuruh PTN maupun PTS melalui Komitmen Tri Dharma Pergurua Tinggi. Semuanya memang membutuhkan proses Termasuk UMM. Penulis Berharap dalam setiap kemajuannya " Semoga UMM mampu menjadi garda depan pembela Kaum Mustad'afin, sebagaimana cita-cita KH.Ahmad Dahlan."Amin

This entry was posted on 23.49 . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar