MENTARI, Malang Nian Nasibmu !  

Diposting oleh Ivan Istyawan

Di rumah ini aku menjadi tunas
Di rumah ini pula aku belajar keadilan
Di Peraduan ini pun aku mengenal perjuangan

Bahkan disini aku belajar hakekat perjuangan
Namun disini pula aku melihat ketidak adilan
bahkan disini aku menyaksikan ketidak berdayaan
meski hati menjerit, namun penindasan tetap terjadi
Pada Sosok kader, pelopor, pelangsung dan penyempura amanah
Tubuhnya lemas, jiwanya terkulai
Raganya melepuh, semangatnya pun me-Rapuh
Ditindas dan tertindas
Oleh ketidakadilan, bersemayam pada ketidak berdayaan.
Suatu ketika hampir mata ini mencurahkan air mata. Menangis melihat sesosok kader yang selama ini kukenal tegar, membaja, bahkan siap mendada segala resiko demi satu kata "perjuangan". Bersumber sanubari terdalam aku terkagum, terpanah dengan apa yang kusaksikan, dengan penuh harap tangis inipun mengeluarkan sebuah Matra Do'a " Semoga Allah selalu mengobarkan semangatmu wahai kader, wahai MENTARI ".
Namun, sedih kurasa. Bahkan karena karena terlalu sedih hingga air mata pun tak sudi turun dari peraduannya. MENTARI yang Tegar, Membaja, kini rapuh akibat ketidak berdayaannya menghadapi sebuah hegemoni, sangat kuatnya hegemoni itu hingga akupun binggung bagai mana melawan sistem yang tiran ini.
Lalu dimanakah letak ketidak berdayan itu bersembunyi. Dalam hati, hati ku tak pernah mampu untuk mengenali bentuk alienasi, dan hegemoni. Namun ketika ketidak berdayaan itu hadir didepanku, aku pun tersadar bahwa hidup ini penuh rekayasa.
Wahai kader, wahai Mentari : " tabahkan hatimu, kuatkan jiwamu, membajalah engkau dalam ketidak berdayaanmu, Allah tahu bahwa engkau telah mengenal makna perjuangan dan kinilah saatnya Allah menguji seberapa dekat engkau mengenal arti perjuangan beserta konsekuensinya.

This entry was posted on 07.43 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar