Berita Dewi Persik Versus Kesadran Kolektif  

Diposting oleh Ivan Istyawan

Malang-Kamis (27/3), setibanya penulis tiba di Terminal Bus Bungurasih lantas kakipun diayunkan pada kios koran. Awalnya ingin membeli Koran bertaraf nasional, namun begitu melihat Berita Pencekalan Dwi Persik di salah satu Koran Lokal, niat membeli koran nasional pun diurungkan dan membeli lembar koran yang memuat berita Pencekalan Dewi Persik.
Setelah membaca berita secara lengkap, timbul keprihatinan yang mendalam. Koran yang seharusnya menjadi media pembelajaran masyarakat, mengangkat berita tersebut dengan tidak berimbang. Berita Pencekalan dihadirkan dalam dua artikel dengan menangkat judul sentral " "Goyangan Dewi Pesik Porno". Kemudian menghadirkan Artikel Pertama Berjudul "Trio Macan : Keji Banget". Dalam artikel pertama ini pada paragraf pertama dan kedua diharirkan paragraf yang saling bertentangan dan rawan menimbulkan konflik. "Di Jatim, Para tokoh agama menilai bahwa goyangan gergaji artis asal jember(Dewi Persik, Pen) itu termasuk porno. Sebab gerakannya dapat memangkitkan nafsu birahi para penontonnya".(Surya,Paragraf 1. 27/3)
"Namun, Sejumlah artis dangdut menilai rencana pencekalan tampil Dewi Persik (DP) itu berlebihan. Apalagi ada artis dangdut yang bahkan goyangannya lebih parah daripada DP".(Surya,Paragraf 1. 27/3).
dalam artikel pertama memang pihak media sedikit menguraikan tentang pencekalan yang dilakukan oleh walikota tangerang pada DP, namun sayangnya berita ini dibuat dengan muatan pemelaan pada DP sehingga seakan pihak walikota tersudutkan dengan kebijakannya. Dari berita pertama tersebut terdapat pencitraan yang menipu kesadraan masyarakat atas esensi dari kemaksiatan.
Hal ini diperparah lagi dengan keterangan salah seorang personel Trio Macan " Yang sering bertingkah sensual bukan cuma artis dangdut. Pemain film dan sinetron juga ada kok, jadi kenapa yang jadi contoh hanya artis dangdut ! Asumsi itu bijin aku jadi ill feel".Tutur Iva Novanda.(Surya,27/3)
Sehingga sesungguhnya berita yang seperti ini secdara sadar maupun tidak akan menyerang kesadaran dan kepekaan kita dalam merespon bentuk bentuk kemaksiatan. bahkan berita yang kemudian menyudutkan Walikota tanggerang ini memberikan legitimasi pada hegemoni Budaya "semau gue" yang bertopeng pada kebebasan berseni dan berekspresi.
Latar Belakang Pencekalan
Otonomi Daerah, telah memungkinkan pembutan Perda yang bersifat sangat subjektif sesuai dengan kebutuhan dan kearifan lokal.Perda no. 8 tahun 2005 tentang pelacuran,hal inilah yang sebenarnya menjadi latar belakang pencekalan DP di Wilayah Kota Tanggerang. Dalam rangka menghadirkan media yang Edukatif dan informatif, seharusnya sudut pandang inilah yang perlu diurai secara rijit dan mendalam sehingga membuat masyarakat memahami substnsi masalah yang diangkat
Patologi Sosial
Akumulsi jangka panjang dari pemberiataan yang tidak berimbang seperti ini mau tidak mau akan menimbulkan kesadaran palsu (False Consciousness) pada masyrakat akan pentingnya norma dan nilai susila dalam tatanan masyarakat modern. Ketika kebatilan dikomparasikan dengan kebatilan yang lebih parah, sesungguhnya masyarakat kita di ajak untuk menurunkan dan melonggarkan toleransi atas kebatilan yang menjadi akar dalam Patologi Sosial.
Perlu diketahui bahwa sesungguhnya Patologi sosial tidak sebatas Gelandangan dan Pengemis (Gepeng), namun infiltrasi budaya melalui media, pelonggaran norma dan toleransi yang berlebih pada kemaksiatan pun salah satu patologi sosial. Bahkan dalam tinjauan sosiologi kehadiran patologi Sosial yang menghadirkan dirinya dalam wujud tidak kasat mata, sesungguhnya lebih significant dalam meghancurkan tatanan masyarakat yang modern. Ketika kesadaran kolektif atas kontrol sosial terlah lemah mak sesungguhnya masyarakat tidak lagi memiliki kekuatan untuk menjadi DIRINYA SENDIRI, DAN MEREKA AKN MENJADI LYAN BAGI DIRINYA
Atas Nama Insan Peduli Moral. SayaMendukung Gerakan membentung Kemaksiatan seperti Pencekalan Dewi Persik.
Oleh : Ivan Istyawan

This entry was posted on 20.09 . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

1 komentar

aku setuju dengan pencekalan, sudah saatnya masyrakat g dicekoki tayangan spt itu.. DP malah ngangap sah2 aja didunianya en merasa punya Tuhan. Astagfirullah.