Kecewa Ku pada mu  

Diposting oleh Ivan Istyawan

Setiap kali mendengar ceramah para agamawan atau paling tidak pada Khutbah jum'at, penulis pasti mendengar para juru da'wah yang menyikapai keterpurukan Indonesia sebagai ujian dan umat diminta sabar atas ujian tersebut. Hampir selalau hati ini berontak saat itu juga dan ingin berkata “ aku tak setuju padamu, wahai agamawan “.

Terasa sekali bahwa dunia ini sangat tidak adil. Ketertindasan - antar strata sosial – terus melanggeng jurang antara si Miskin dan kaum borjuis terus merekah memerah dan meradanp panjang. Beberapa Ulama Kemudian bersabda “ Kesusahan, kemiskinan dan kelaparan adalah ujian dari Tuhan yang harus disikapi dengan penuh Kesabaran dan keikhlasan sehingga berbuah kemenangan”. Marxian dalam beberapa diskusi mengatakan hal yang lain, bagi mereka yang haus dengan keadilan sosial ini mengatakan bahwa “ Kesusahan, kemiskinan dan kelaparan tidak murni sebagai ujian Tuhan namun lebih condong sebagai manifestasi ketidakadilan dalam tubuh struktur sosial yang sengaja dipelihara oleh elit-elit sosial demi kepentingannya seendir, maka atas nama keadilan mari lawan bersama struktur sosial yang timpang yang memanfaatkan agama dalam menundukkan Nalar perjuangan menuju keadilan sosial'”. Hati inipun terkadang muak dengan semua pertentangan antara dua kubu ini. Yang dalam berbagai klaimnya menganggap kelompok mereka yang paling benar dan menafikkan kelompok yang lain.
Pengalamanku
Setiap kali mendengar ceramah para agamawan atau paling tidak pada Khutbah jum'at, penulis pasti mendengar para juru da'wah yang menyikapai keterpurukan Indonesia sebagai ujian dan umat diminta sabar atas ujian tersebut. Hampir selalau hati ini berontak saat itu juga dan ingin berkata “ aku tak setuju padamu, wahai agamawan “.
Bagaimana tidak, mereka para ulama (walau tidak seluruhnya) pasti akan menyeruh umat pada kesabaran tanpa BERUSAHA MENYADARKAN UMAT ATAS REALITA BAHWA KITA SEDANG DITINDAS. Apakah ulama yang seperti itu salah ? Ya Jawabku lantang, sebab seharusnya Nalar Kritis umat islam yang sudah lama tertidur mulai hari ini dibangkitkan. Banyak kisah-kisah nabi dalam melawan kedzaliman penguasa pada zamannya bahkan banyak ayat yang menyeru pada amar ma'ruf nahi munkar sunguh melarang kita diam dalam kedzaliman. Namun sayang nalar kritis Umat justru ditidurkan jika tak mau dibilang dikebiri, dengan ayat-ayat al quran tentang kesabaran dan kepasrahan.
“ mereka (sebagian ulama,pen) hanya mampu berpangku tangan seraya menjual ayat kesabaran ketika melihat “ teatrikal dan sandiwara “ kesengsaaran umat yang disebabkan sistem sosial yang timpang” Ujarku dalam hati terdalam.
SADARLAH Kawan ! Hari ini neo Liberalisme dan Neo Kolonialisme telah sangat mengakar dalam struktur sosial kita. Dalam wajah kapitalisme mereka merenggut hak ekonomi asasi kta untuk hidup makmur, mereka merenggut kebahagian hidup kita. Eko Prasetyo melalui Asslamu'alaikun Islam Agama Perlawanan berkata, kurang lebih demikian “ Kemiskinan sengaja dipelihara dan Islam sebagai entitas agama yang suci telah digunakan menjadi obat atas keresahan umat agar tidak bergejolak dan menimbulkan konflik sosial ”.
lalu apakah benar senista itu sebagian pemuka agama kita ? Fakta yang kan menjawab dan mari melakukan observasi bersama. Kembalikan Islam pada Fungsinya “ sebagai agama yang penuh nilai kemanusian dan anti pada penjajahan dalam wajah apapun mereka hadir ”.
Semoga tulisan ini mampu menghadirkan Ruang diskusi (bersambung)

This entry was posted on 22.39 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

4 komentar

Emang beberapa ulama tradisional sering berlindung dibalik kata "SABAR dan Ujian", Sebagai bentuk hiburan bagi dirinya sediri.
Sehingga Kultur miskin dan teraniaya sekan sudah menjadi hal lumrah.
Barusan aku ngomong apa ya??

sepakat mas,kemiskinan dan kateraniyayaan tuh kayaknya bukan barang antik lagi deh.so ketika melihat orang miskin atau orang teraniyaya kadang sebagian masyarakat udah ga bisa menaruh empati karena dah terbiasa melihat hal itu

Setuju ama "Pw irm", bener tuh mas.. kynya masyarakat emang udah gak ada empati lagi ngeliat hal2 begitu karena udah biasa.. jadi yaa.. biasa aja.. kalo gini.. percuma donk ya ngedengerin ceramah2 kl cm mentok sampe situ aja.alias nyadar kl lg ngedengerin, udahnya.. lupa lagi deh..

terima kasih sharing info/ilmunya...
saya membuat tulisan tentang "Bagaimana Menjadi Khatib Efektif?"
silakan berkunjung ke:

http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/08/bagaimana-menjadi-khatib-efektif-1-of-2.html

salam,
achmad faisol
http://achmadfaisol.blogspot.com/