Manusia Sang Penjilat  

Diposting oleh Ivan Istyawan

Hahahaahaha.............. tertawalah jika anda merasa bukan manusia sang penjilat ( Penjilat Type XIII_1)
HAHAHAHAHA..........tertawalah lebih keras jika anda mersa sang penjilat( Penjilat Type XIII_2)
Hahahahohohohihihihih.......tertawalah lebih keras disertai isak tangis diiringih istghfar jika anda merasa penjilat dan ingin taubat.( Penjilat XIII_Type 3)
Sebab saya merasa terkadang kebanyakan manusia jaman sekarang ini yang katanya Asmuni bin Kabul yang Modern n hidup zaman globalisasi : "lebih banyak orang dengan tipe penjilat no 1. yang nga merasa penjilat walau mereka adalah penjilat ulung. Terlepas dari maksud baik dan atau buruk dari hasil jilatannya itu namun satu hal yang saya yakini hingga saat saya menulis bahan blog ini (sekaligus Proklamasi prinsip hidup, hehehe gaya bleh dong) " bahwa menjilat itu adalah kebiasaan yang buruk merugikan kita sendiri n komunitas tempat kita berada".
Disambung ntar ya kos ada gangguan

Saatnya Indonesia Bangkit  

Diposting oleh Ivan Istyawan


Tulung Agung – IRM. Dimotori oleh PD IRM Tulung Agung AMM Tulung Agung memiliki cara sendiri untuk 100 tahun hari kebangkitan nasional Bangsa Indonesia. Momen ini diefektifkan dengan Tablig Akbar Kebangsaan, senin (26/5) . “ acara yang dihadiri dua tokoh nasional yaitu Prof. Dr H. M. Amin Rais dan Prof. Dr. Syafig A Mughni khusus kami gelar dalam rangka memberi pencerahan pencerahan religiusitas bernuansa intelektual pada masyarakat Tulung Agung dan Keluarga Besar Muhammadiyah Tulung Agung pada khusnya” Ujar Irmawan Fauzi-ketua Pelaksana

Kegiatan dengan 4000 jama’ah ini diproyeksikan sebagai agenda rutin. Turut hadir Heru selaku Bupati Tulung Agung, Kapolres Tulung Agung, jajaran Muspida Tulung Agung serta tokoh masyarakat dan berbagai elemen pemuda. “Kegiatan Tabligh Akbar ini sangat penting mengingat bangsa kita masih harus berbenah. Saya selaku Bupati Tulung Agung Mendukung sepenuhnya kegiatan mulia ini dan saya yakin masyarakat akan tercerahkan mengingat dua tokoh nasional yang akan berbicara nanti” Ujar Heru dalam sambutannya.

Syafig dalam sambutannya sebagai Ketua Umum Pimpinan Wilayah muhammadiyah (PWM) Jawa Timur mengingatkan bahwa segenap elemen Muhammadiyah harus selalu menjadi bagian dari solusi bangsa. “Kebangkitan nasional ini harus menjadi momentum Muhammadiyah untuk terus meningkatkan kwalitas serta kwantitas amaliyah kita pada Indonesia tercinta”. Ungkap ayahanda yang menjabat Guru Besar IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Amin dalam Tabligh Akbar yang bertema Menuju Kepemimpinan Amanah sebagai Modal Pencerahan Bangsa berbicara tentang keterpurukan Indonesia sebagai akibat mental buruh.“ Kebangkitan kita ini sesungguhnya hanya akan bersifat seremonial, ketika kita masih memiliki mental “ budak ”, sebab dari mental itulah kita memiliki berbagai problem tak berkesudahan. Kita harus mampu menjadi tuan di rumah sendiri, sudah saatnya kita menjadi bangsa bermartabat dan berdaulat” ujar penasehat PP Muhammadiyah tersebut.

Ia menegaskan bahwa perubahan sikap mental bangsa ini harus dipelopori oleh rakyat Indonesia dan harus terus digelorakan. Pria yang didaulat sebagai Majelis Wali Amanah (MWA) Universita Gadjah Mada ini menyinggung berbagai kebijakan pemerintah yang tidak pro mustad affin. “ Kenaikan BBM yang diambil oleh pemerintah ini sesungguhnya akan menimbulkan “ bencana” sosial dan ekonomi bagi kita. Selain itu juga hal ini adalah Ironi bagi bangsa kaya Miyak seperti Indonesia” Ungkapnya. menurutnya kemiskinan, keterpurukan ekonomi dan berbagai problem kronis Indonesia adalah buah pengelolaan ekonomi Indonesia yang salah urus, dan berpihak pada kepentingan asing, yang mencerminkan mental “pembantu”.

“Jika kita ingin bangkit dalam arti yang sesungguhnya maka kita harus berani merubah mental bangsa agar mampu berkompetisi, siapkan generasi muda kita dan ucapkan selamat tinggal utuk para pemimpin bermental buruh serta yang paling penting kedepan jangan biarkan berkusa lagi“ Pesannya

“keberanian dalam ber amar ma’ruf nahi munkar adalah konsekuensi logis dari keimanan kita” Pungkasnya penuh semangat

Sidrom Bingung Ketemu Obat  

Diposting oleh Ivan Istyawan

YANG KITA SIA-SIAKAN

Perbuatan yang kita lakukan
sia-sia karena tak disertai rasa ikhlas
Perjuangan yang kita lakukan
sia-sia karena tak ada tujuan yang jelas
Pengorbanan yang kita lakukan
sia-sia karena mengharapkan pujian
Marah yang kita lampiaskan
sia-sia karena dilandasi emosi bukan rasio
Pelajaran dan peringatan yang kita dengar atau baca
sia-sia karena hanya melintas dipikiran
Taken From :
Acy's blog

Beberapa hari ini jujur aku bingung. Bingung atas segala pikiran, uneg-uneg dan segala perasaan yang tidak terkonstruksi dengan baik. Kebingunagn ini semakin bertambah ketika hati ini takmampu menghayati dan memberi makna pada arti hidup yang selama ini kujalani, semua sisi hidupku terasa lenyap dan tak memiliki sendi-sendi yang kuat tuk mernyokong segala mimpi besarku tuk membela para mustad'affin yang terpinggirkan.
secara tak sengaja aku bertemu seorang yang menurutku penuh semangat dan mampu menuklarkan semangatnya padaku, "mas Ulul" aku memanggilnya. Seorang kader IRM Jawa Timur ini memberiku suntikan pencerahan atas cita-cita dan mimpi-mimpi besar yang mulai kutanggalka. Mantan ketua PD IRM Jember ini memberi sebuah tantangan atau apapaun namanya yang membuatku sadar bahwa " hidupku mulai tak terarah dan sia-sia" Kurang lebih hampir sama dan terwakilkan dalam bait puisi pada blognya
Acy (Terimaksih Acy, puisimu membangunkan ku dari mimpi dan tidur panjangku). Cerita dan tulisan Lely dalam Blognya juga telah mengingatkan diriku atas HAK anak jalanan yang terkadang kulupakan akhir akhir ini.
Mas ulul yang kuliah di Unmuh Gresik, secara tak sengaja kami bertemu di salah satu (bukan salah dua) warnet di Gresik / my Truly Home. Setelah ngenet ria akupun tidur di bilik kamar kosannya. Semalaman aku ngobrol dengannya tentang arah hidupku yang semakin tak jelas. kataku dalam hati " Sepertinya aku terkena sebuah penyakit yang dimkampanyekan oleh Marx yaitu Kesadaran Palsu (
false Consciousness)" yaitu sebuah penyakit non medis yang lansung menyerang pusat kesadaran kritis manusia yang menyebabkan sang penderiyta memiliki kesadaran palsu atas dirinya dan realitas sosial.
Aku menginjakkan kaki kiri ku memasuki kos kamar (eh salah maksudnya, kamar kos) kang ulul jam 12 malam dan baru tidur jam 3 pagi. Keyakinan ku atas peyakit
false Consciousnes ssemakin mengental. " Penyakit ini benar-benar telah menyerangku ", kataku dalam hati. Keinginan untuk mendobrak kemampanan sosial yang terinspirasi dari berbagai tulisan "kang Eko Prasetyo seakan telah lenyap begitu saja.

Namun Tidak untuk kamis pagi 16 Jumadil Awal, aku akan kemabali tuk mengikrarkan diri, menafkahkan dan mewakafkan diriku utuk kepentingan pembelaan kaum mustad'affin.

untuk mu wahai Mustadaffin
" Aku ingin bergumul dalam getirnya hidupmu, jangankan menikmati nikmatnya hari ini bahkan untuk makan esok hari engkau masih harus berjuang, beradu dengan maut tuk sesuap nasi, beradu dengan kejamnya dunia tuk sekali hembusan nafas. Jika aku kaya ingin kurangkul kalian, jika aku merdeka ingin kusayang kalian, jika aku tertindas ingin kuberjuang dengan kalian"

Kecewa Ku pada mu  

Diposting oleh Ivan Istyawan

Setiap kali mendengar ceramah para agamawan atau paling tidak pada Khutbah jum'at, penulis pasti mendengar para juru da'wah yang menyikapai keterpurukan Indonesia sebagai ujian dan umat diminta sabar atas ujian tersebut. Hampir selalau hati ini berontak saat itu juga dan ingin berkata “ aku tak setuju padamu, wahai agamawan “.

Terasa sekali bahwa dunia ini sangat tidak adil. Ketertindasan - antar strata sosial – terus melanggeng jurang antara si Miskin dan kaum borjuis terus merekah memerah dan meradanp panjang. Beberapa Ulama Kemudian bersabda “ Kesusahan, kemiskinan dan kelaparan adalah ujian dari Tuhan yang harus disikapi dengan penuh Kesabaran dan keikhlasan sehingga berbuah kemenangan”. Marxian dalam beberapa diskusi mengatakan hal yang lain, bagi mereka yang haus dengan keadilan sosial ini mengatakan bahwa “ Kesusahan, kemiskinan dan kelaparan tidak murni sebagai ujian Tuhan namun lebih condong sebagai manifestasi ketidakadilan dalam tubuh struktur sosial yang sengaja dipelihara oleh elit-elit sosial demi kepentingannya seendir, maka atas nama keadilan mari lawan bersama struktur sosial yang timpang yang memanfaatkan agama dalam menundukkan Nalar perjuangan menuju keadilan sosial'”. Hati inipun terkadang muak dengan semua pertentangan antara dua kubu ini. Yang dalam berbagai klaimnya menganggap kelompok mereka yang paling benar dan menafikkan kelompok yang lain.
Pengalamanku
Setiap kali mendengar ceramah para agamawan atau paling tidak pada Khutbah jum'at, penulis pasti mendengar para juru da'wah yang menyikapai keterpurukan Indonesia sebagai ujian dan umat diminta sabar atas ujian tersebut. Hampir selalau hati ini berontak saat itu juga dan ingin berkata “ aku tak setuju padamu, wahai agamawan “.
Bagaimana tidak, mereka para ulama (walau tidak seluruhnya) pasti akan menyeruh umat pada kesabaran tanpa BERUSAHA MENYADARKAN UMAT ATAS REALITA BAHWA KITA SEDANG DITINDAS. Apakah ulama yang seperti itu salah ? Ya Jawabku lantang, sebab seharusnya Nalar Kritis umat islam yang sudah lama tertidur mulai hari ini dibangkitkan. Banyak kisah-kisah nabi dalam melawan kedzaliman penguasa pada zamannya bahkan banyak ayat yang menyeru pada amar ma'ruf nahi munkar sunguh melarang kita diam dalam kedzaliman. Namun sayang nalar kritis Umat justru ditidurkan jika tak mau dibilang dikebiri, dengan ayat-ayat al quran tentang kesabaran dan kepasrahan.
“ mereka (sebagian ulama,pen) hanya mampu berpangku tangan seraya menjual ayat kesabaran ketika melihat “ teatrikal dan sandiwara “ kesengsaaran umat yang disebabkan sistem sosial yang timpang” Ujarku dalam hati terdalam.
SADARLAH Kawan ! Hari ini neo Liberalisme dan Neo Kolonialisme telah sangat mengakar dalam struktur sosial kita. Dalam wajah kapitalisme mereka merenggut hak ekonomi asasi kta untuk hidup makmur, mereka merenggut kebahagian hidup kita. Eko Prasetyo melalui Asslamu'alaikun Islam Agama Perlawanan berkata, kurang lebih demikian “ Kemiskinan sengaja dipelihara dan Islam sebagai entitas agama yang suci telah digunakan menjadi obat atas keresahan umat agar tidak bergejolak dan menimbulkan konflik sosial ”.
lalu apakah benar senista itu sebagian pemuka agama kita ? Fakta yang kan menjawab dan mari melakukan observasi bersama. Kembalikan Islam pada Fungsinya “ sebagai agama yang penuh nilai kemanusian dan anti pada penjajahan dalam wajah apapun mereka hadir ”.
Semoga tulisan ini mampu menghadirkan Ruang diskusi (bersambung)